
Kali ini saya akan membahas Askep (asuhan keperawatan) pada pasien (anak) penderita Intususepsi.
Pengertian:
Menurut Hanifah (2007), Intususepsi atau invaginasi adalah bagian usus masuk ke dalam usus di bagian belakangnya, terjadi jepitan usus, menyebabkan hambatan aliran usus dan mengganggu aliran darah yang melalui bagian usus yang mengalmi intususepsi.
Etiologi:
Penyebab dari invaginasi belum diketahui secara pasti. Tapi banyak yang menyebutkan terkait dengan hal berikut ini:
- Pembesaran limfoid usus ( peyer patches ), akibat peningkatan paparan terhadap antigen baru.
- Cacat lahir.
- Massa yang keras dari isi usus ( mekonium ).
- Usus yang melintir ( volvulus ).
- Divertikel kelenjar Meckel ( suatu duktus yang timbul dari ileum yang menutup pada ujung tali pusat tetapi tetap terbuka pada ujung usus ).
- Infeksi saluran napas atas, karena umumnya intususepsi terjadi pada musim dingin atau hujan ketika banyak terjadi infeksi saluran napas atas.
- Infeksi saluran cerna ( diare ), karena pada pemeriksaan tinja dan kelenjar limfa mesenterium, terdapat adenovirus bersama-sama invaginasi.
- Pada umur 2 tahun ke atas, biasanya disebabkan polip usus, hemangioma dan limfosarkoma
Penatalaksanaan:
Menggunakan prinsip pengobatan dan managemen perawatan
- Tekanan hidrostatik barium enema. Penurunan intususepsi dapat dilakukan dengan suntikan salin, udara atau barium ke dalam kolon yang hasilnya dilihat dengan X-ray. Mula-mula tampak bayangan barium bergerak berbentuk cupping pada tempat invaginasi. Dengan tekanan hidrostatik sebesar ¾ meter air, barium didorong ke arah proksimal. Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum terminalis. Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat terlihat coiled spring appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium sepanjang bekas invaginasi. Tindakan ini boleh dilakukan bila belum ada dehidrasi, peritonitis, distensi abdomen yang berlebih, invaginasi lebih dari 48 jam dan invaginasi rekuren. Bila barium enema tidak berhasil dan dijumpai tanda di atas, maka diperlukan reposisi operatif.
- Reduksi bedah:
- Perawatan pra bedah: 1) Rutin; 2) Tuba nasogastrik; 3) Koreksi dehidrasi
- Reduksi intususepsi dengan penglihatan langsung, menjaga usus hangat dengan salin hangat. Ini juga membantu penurunan edema.
- Plasma intravena harus dapat diperoleh pada kasus kolaps.
- Jika intususepsi tidak dapat direduksi, maka diperlukan reseksi dan anastomosis primer.
- Penatalaksanaan pasca bedah:
- Rutin
- Perawatan inkubator untuk bayi yang kecil
- Pemberian oksigen
- Dilanjutkannya cairan intravena
- Antibiotik
- Jika dilakukan suatu ileostomi, drainase penyedotan dikenakan pada tuba ileostomi hingga kelanjutan dari lambung dipulihkan.
- Observasi fungsi vital
- Perawatan luka dan drain.
- Perawatan rutin
- Pemberian makanan harus diberikan kembali sesegera mungkin, yaitu jika muntah hilang dan aktivitas peristaltik memuaskan
- Mandi dan penanganan.
- Dukungan bagi orang tua. Banyak dukungan yang diperlukan tergantung pada status umum dari anak dan tindakan pembedahan yang diambil. Kondisi anak harus dijelaskan secara lengkap dan diberikan keyakinan. Sekali kondisi umum anak mengalami perbaikan, orangtua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak.
- Persiapan untuk pulang ke rumah. Bila reduksi intususepsi berhasil dan luka sembuh, anak dapat pulang ke rumah. Harus ada masa tindak lanjut jika kasus intususepsi mengalami keadaan rekuren
Lebih lengkapnya, download >> DISINI
0 comments:
Posting Komentar